Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Gramatikal dan Terjemah
METODOLOGI
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
GRAMATIKAL
DAN TERJEMAH
A. Pengertian
Metodologi Pembelajaran Bahasa arab
Secara etimologi istilah metodologi berasal dari
bahasa Yunani, yakni dari kata Metodos yang berarti cara atau
jalan, dan Logos artinya ilmu. Sedangkan secara semantik,
metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau
jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan
efisian.
Metodologi searti dengan kata metodik (methodentic) yaitu
suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode yang akan digunakan
dalam penelitian. Dengan kata lain metodologi adalah: ilmu tentang
metode-metode yang mengkaji/ membahas mengenai bermacam-macam metode mengajar,
tentang keunggulannya, kelemahannya, lebih tepat/ serasi untuk penyajian
pelajaran apa, bagaimana, penerapannya dan sebagainya.
Maksud Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab adalah: cara atau jalan yang ditempuh bagaimana menyajikan
bahan-bahan pelajaran dan bahasa arab. Agar mudah diterima, diserap dan
dikuasai anak didik dengan baik dan menyenangkan.
Namun, perlu ditegaskan, pemakaian istilah Metodologi
Pembelajaran lebih memberikan arti dan kesan, belajar dan mengajar tidak hanya
teoritis tapi juga operasional dan dengan alasan ini pula penulis merasa lebih
aman menggunakan istilah Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.[1]
B. Metode-metode
Pembelajaran Bahasa Arab
Adapun macam-macam metode Pembelajaran Bahasa Arab
sebagai berikut:
1.
Metode
Tata Bahasa (Gramatikal)
Metode tata bahasa yaitu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan jalan menghafal aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa
arab yang mencakup nahwu sharaf. Metode ini juga sering disebut
dengan metode tradisional. Dan metode tata bahasa ini sangat kuat berpegang
pada disiplin mental dan pengembangan intelektual.
Kelebihan dari metode gramatikal adalah
sebagai berkut:
1. Siswa terbiasa menghafal kaidah-kaidah tata bahasa
asing yang sangat diperlukan untuk mampu bercakap-cakap dalam bahasa asing yang
benar, dan mampu menulis dengan betul.
2. Melatih mental disiplin dan ulet dalam mempelajari
bahasa.
3. Bagi guru tidak terlalu sulit menerangkan metode ini,
karena kemampuan percakapan tidak diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia
menguasai gramatika/ tata bahasa yang baik maka pengajaran dapat dilaksanakan.[2]
Adapun kekurangan gramatikal adalah
sebagai berikut:
1. Secara didaktis dan psikologis, metode ini
bertentangan dengan kenyataan. Bahwa penguasaan bahasa seseorang tidaklah
didahului dengan pengajaran gramatika/ tata bahasa terlebih dahulu, tetapi
melalui peniruan ucapan/ percakapan.
2. Penguasaan gramatika/ tata bahasa tidak dengan
sendirinya menguasai percakapan. Oleh sebab itu anak didik menjadi pasif,
bertahun-tahun bahkan lebih dari 10 tahun belajar bahasa asing (Arab dan
Inggris) tak bisa juga.
3. Dapat membosankan/ jenuh terutama apabila guru tidak
dapat menyajikan pelajaran secara baik dan menarik bagi siswa.[3]
4. Metode Terjemah (Translation)
Metode terjemah yaitu metode menerjemahkan dengan kata
lain menyajikan pelajaran dengan menerjemahkan buku-buku bacaan berbahasa asing
ke dalam bahasa sehari-hari, dan buku bacaan tersebut tentunya telah direncanakan
sebelumnya.[4]
Kelebihan metode translation adalah
sebagai berikut:
1. Metode ini tidak hanya mudah melaksanakannya
tapi juga murah. Karena melalui metode ini seorang guru yang mengajar tidak
mesti menguasai bahasa asing secara aktif, atau pendidikan khusus untuk
mengajar.
2. Demikian juga dari pihak murid, melalui metode ini tidak
menuntut siswa/ anak didik supaya ia cakap secara aktif berbahasa asing. Namun
diharapkan dapat/ mampu membaca dan menerjemahkan bahasa asing secara baik dan
benar.
3. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang luas,
karena dengan menguasai dan mampu menerjemahkan bahasa asing maka transformasi
ilmu pengetahuan mudah diserap dan dikuasai.
4. Dapat menghasilkan nilai tambah bagi siswa, di mana
jika ia mampu/ terampil menerjemahkan buku-buku bacaan literatur-literatur
ilmiah, hal ini dapat mendatangkan uang, sebagai biaya nafkah.[5]
Adapun kekurangan translation adalah
sebagai berikut:
1. Pengajaran melalui metode ini kurang menjamin anak
didik mampu bercakap bahasa asing.
2. Agar dapat menerjemahkan bahasa asing secara baik dan
benar, dituntut penguasaan gramatika/ kaidah-kaidah bahasa dan terjemah, di
samping wawasan dan pengetahuan yang luas.
3. Siswa dituntut untuk menguasai pembendaharaan
kata-kata dalam bahasa asing (vocabulary), rajin membuka-buka buku,
kamus, mencatat dan menghafal istilah-istilah serta kata-kata dalam
bahasa asing.
4. Kenyataannya guru yang profesional (jurusan bahasa
asing) sekalipun tidak dengan sendirinya mampu menerjemahkan buku-buku bacaan
dan buku-buku ilmiah. Oleh karena itu, langka sekali orang mampu menerjemahkan
bahasa asing secara baik dan benar[6]
Pada umumnya paling tidak, ada 3 syarat yang harus
dimiliki jika inin menjadi penerjemah yang baik dan bebobot yaitu:
1) Menguasai gramatika
(kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah menerjemahkan.
2) Kaya pembendaharaan
kata-kata (vocabulary).
3) Memiliki pengetahuan
sosial dan wawasan luas.[7]
Metode terjemah ini berisi praktik penerjemahan
naskah-naskah, dari yang mudah sampai yag sulit. Salah satu variasi dari metode
terjemahan ialah metode terjemahan harfiah. Dalam metode terjemahan harfiah ini
dilakukan sekaligus terjemahan dari kata ke kata dan terjemahan idiomatik atau terjemahan
ungkapan-ungkapan.[8]
Sebagaimana metode tata bahasa, metode terjemah dapat
diajarkan dalam kelas yang besar atau kecil, jumlah jam pengajaran tidak
ditentukan: boleh banyak boleh sedikit, tergantung pada tujuan dan pengelolaan.[9]
Langkah-langkah pelaksanaan metode Translation (menerjemahkan)
ini dapat dilakukan dengan cara guru menunjuk/ menentukan bahan-bahan bacaan
yang akan diterjemahkan itu kepada siswa/ anak didik dan menetapkan pula
pokok-pokok/ seri-seri pelajaran yang akan dipelajari (diterjemahkan). Kalau
sudah diketahui bersama oleh siswa topik yang akan diterjemahkan itu, langkah
berikutnya guru memulai membuka seri pertama pelajaran baru itu dan menerjemahkannya.Pada tingkat-tingkat
dasar sebaik-baiknya siswa terlebih dahulu diperkenalkan dengan/ diajarkan kaidah-kaidah
(aturan-aturan) dalam menerjemahkan. Jangan langsung menerjemahkan, namun
setelah pengetahuan dasar menerjemahkan ini telah dimiliki/ dikuasai siswa
barulah pelajaran menerjemahkan dapat dimulai.[10]
Dalam memulai pelajaran terjemahan ini guru dapat
mengambil 2 (dua) cara:
1) Guru langsung
membacakan terjemahan itu terlebih dahulu baru kemudian diterjemahkan kata per
kata dan kalimat per kalimat.
2) Guru langsung secara
bersama-sama melibatkan siswa menerjemahkan kata per kata, kalimat per kalimat
secara seksama dalam bahasa asing itu, dan siswa sambil mencatat kata-kata yang
dipandang penting dalam buku catatannya. Setelah selesai, guru bersama-sama
siswa mengulanginya sekali lagi jika dipandang perlu. Setelah menyimpulkan
pokok pengertiannya dari bahan bacaan yang diterjemahkan itu maka guru menyuruh
salah seorang siswa untuk mengulangi lagi dan yang lain menyimak, memperhatikan
dan membetulkan terjemahan kawannya. Demikian seterusnya hingga selesai seri
per seri/ topik dari pelajaran terjemahan.[11]
3) Metode
Gramatika-Terjemah ( Grammatical Translation)
Metode ini merupakan metode pembelajaran bahasa
asing yang lebih dulu telah berkembang. Dari namanya bisa kita pahami bahwa
dalam penerapannya metode ini banyak menekankan pada penggunaan gramatika (tata
bahasa) dan praktik penerjemahan dari bahasa dan ke dalam bahasa sasaran.
Metode ini bahkan harus kita akui sebagai metode yang paling populer
digunakan dalam pembelajaran bahasa Asing baik di sekolah, pesantren
maupun di perguruan tinggi.[12]
Metode ini merupakan gabungan antara metode gramatika
dengan metode menerjemah (translation). Metode ini dapat dibilang
ideal daripasa salah satu metode gramatika atau translation. Karena kelemahan
dari salah satu atau keduanya dari metode tersebut (gramatika dan terjemah)
telah sama-sama saling menutupi dan melengkapi (jadi kedua-duanya dilakukan
bersama-sama, serentak) artinya materi gramatika (tata bahasa) terlebih dahulu
diajarkan dan kemudian pelajaran menerjemah, pelaksanaannya sejalan.[13]
Dalam praktiknya metode gramatika-terjemah (tata
bahasa dan terjemah) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pertama-tama para
siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika (tata bahasa) dan daftar kosa kata
dwibahasa yang berkaitan erat dengan bahan bacaan pada pelajaran yang
bersangkutan. Tata bahasa dipelajari secara deduktif dengan bantuan
penjelasan-penje;asan yang panjang serta terperinci. Segala kaidah dipelajari
dengan pengecualian dan ketidakbiasaan dijelaskan dengan istilah-istilah
gramatikal atau ketatabahasaan.
b) Setelah kaidah-kaidah
dan kosa kata dipelajari, maka petunjuk-petunjuk bagi penerjemahan
latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan pun
diberikan.
c) Pemahaman-pemahaman
akan kaidah-kaidah dan bahan bacaan pun diuji melelui terjemahan. Para siswa/
anak didik dapat dikatakan telah dapat mempelajari bahasa tersebut kalau
mereka dapat menerjemahkan paragraf-paragraf atau bagian-bagian prosa dengan
baik.
d) Bahasa asli/ bahasa ibu dan
bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan pembelajaran adalah untuk
mengalihkan bahasa sasaran (B1) ke bahasa ibu (B2), dan sebaliknya, dengan
menggunakan kamus jika diperlukan.
e) Memang sedikit
kesempatan untuk praktik/ latihan menyimak dan berbicara selama penggunaan
metode ini, karena lebih memusatkan perhatian pada latihan-latihan membaca dan
terjemahan. Kebanyakan waktu di kelas digunakan untuk membicarakan
mengenai bahasa, dan sedikit waktu yang tersedia untuk menggunakan (berbicara
di dalam dan dengan ) bahasa yang dipelajari (Omaggio 1986, Tarigan 1988).[14]
Selain ciri-ciri di atas, masih ada ciri-ciri lain
penggunaan metode Gramatikal-Terjemah (tata bahasa dan
terjemah) yang bisa dijelaskan, seperti yang dirangkum Jack C. Richards
dan Theodore S. Rodgers (1986), yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan telaah bahasa
asing adalah mempelajari sesuatu bahasa agar dapat membaca susastranya atau
agar dapat menarik keuntungan dari disiplin mental dan perkembangan intelektual
yang timbul dari telaah bahasa asing itu. Terjemahan tata bahasa adalah
suatucara menelaah bahasa yang mendekati bahasa tersebut pertama-tama melalui
kaidah-kaidah tata bahasanya secara terperinci, diikuti oleh penerapan
pengetahuan ini pada tugas penerjemahan kalimat-kalimat dan teks-teks ke dalam
dan dari bahasa sasaran. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dipandang sebagai
yang terdiri dari upaya yang melebihi serta memenipulasi morfaologi dan
sintaksis bahasa asing tersebut. Bahasa pertama diperlakukan sebagai sistem
acuan dalam pemerolehan bahasa kedua (Stern, 1987).
b) Membaca dan menulis
merupakan fokus utama atau sasaran pokok, bahkan sering tidak ada perhatian
sistemik pada belajar berbicara dan menyimak.
c) Pemilihan kosa kata
semata-mata didasarkan pada teks-teks bacaan yang digunakan, dan kata-kata yang
diajarkan melalui daftar-daftar kata dwibahasa, telaah kamus dan hafalan. Dalam
teks terjemahan tata bahasa yang khas, kaidah-kaidah tata bahasa
pun disajikan dan diilustrasikan, suatu daftar butir-butir kosa kata disajikan
dengan padanan-padanan terjemahannya, dan latihan-latihan terjemahan
ditetapkan.
d) Kalimat merupakan unit
dasar pengajaran dan praktik/ latihan bahasa. Kebanyakan dari jam pelajaran
diperuntukkan bagi penerjemahan kalimat-kalimat ke dan bahasa sasaran dan
justru fokus terhadap kalimat inilah yang merupakan ciri khusus metode ini.
e) Kecermatan dan
ketepatan sangat ditekankan. Para siswa/ peserta didik diharapkan dapat m
encapai norma-norma atau standar yang tinggi dalam terjemahan, karena prioritas
utama yang diberikan pada norma-norma ketepatan dan kecermatan yang tinggi yang
merupakan prasyarat bagi kelulusan sejumlah besar ujian tulis formal yang
berkembang selama abad ini.
f) Tata bahasa
diajarkan secara deduktif, dengan penyajian dan pengkajian kaidah-kaidah tata
bahasa, yang kemudian dipraktikkan melalui latihan-latihan terjemahan. Dalam
kebanyakan teks terjemahan tata bahasa, suatu silabus diikuti dengan baik demi
pengurutan butir-burtir tata bahasa di seluruh teks, dan ada upaya untuk
mengajarkan tata bahasa dengan dan dalam suatu cara yang tersusun rapi dan sistematik.
g) Bahasa asli/ ibu
siswa merupakan media pengajaran. Bahasa tetrsebut dipakai untuk menjelaskan
butir-butir atau hal baru dan untuk memudahkan perbuatan
perbandingan antara bahasa asing dan bahasa ibu siswa.[15]
Kelebihan metode Gramatika-Terjemah adalah
sebagai berikut:
a) Tanpa disadari siswa/
peserta didik memperoleh pengetahuan dari keduanya (grammar dan
translation) dengan pengetahuan menjadi utuh.
b) Meskipun belum dengan
sendirinya siswa dapat aktif/ lancar bercakap-cakap dalam berkomunikasi bahasa
asing, tapi siswa paling tidak dapat berbahasa pasif, artinya dapat membaca dan
menerjemahkan buku-buku bacaan, buletin, brosur, koran, majalah-majalah serta
buku-buku ilmiah lainnya yang berbahasa asing.[16]
c) Kelas-kelas besar
dapat diajar.
d) Guru yang tidak fasih
bahasa Arab bisa dipakai.
e) Cocok bagi semua
tingkat linguistik para siswa (mubtadi’, mutawasith, mutaqaddim), para
siswa dapat memperoleh aspek-aspek bahasa yang signifikan dengan bantuan buku
saja tanpa pertolongan guru.[17]
Adapun kekurangan metode Gramatika-Terjemah adalah
sebagai berikut:
a) Pengajar hanya dapat
menyusun/ membimbing siswa terampil berbahasa pasif. Sedangkan pengertian utama
dari berbahasa ”adalah berbicara lisan atau bercakap-cakap/ berdialog.
b) Secara linguistik
dibutuhkan guru yang terlatih.
c) Kebanyakan pokok
bahasan tidak mengenai orang tertentu, dan terpisah serta terpencil dari
yang lain.
d) Tidak sesuai bagi orang
yang tuna aksara, misalnya anak kecil atau imigran tertentu, sedikit sekali
bahasa yang digunakan bagi komunikasi antar pribadi, kesempatan bagi
pengemukaan tuturan atau ujaran spontan sangat terbatas.[18]
[1] Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab. Bandung: Humaniora, 2009. (hlm. 72)
[2]Tayar Yusuf, Metodologi Pembelajaran ,
176.
[3] Ibid.
[4] Ibid., 168
[5] Ibid., 16.
[6] Ibid.
[7] Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab. Bandung: Humaniora, 2009. (hlm. 100).
[8] Parera, Jos Daniel. Linguistik
Edukasional. Jakarta: Erlangga, 1994. (hlm.63).
[9] Ibid.
[10] Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab. Bandung: Humaniora, 2009. (hlm. 98).
[11] Ibid
[12] Hamid, Abduul, Baharuddin, Uril dan Mustofa,
Bisri. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi
dan Media. Malang: UIN-Malang, 2008. (hlm. 18).
[13] Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab. Bandung: Humaniora, 2009. (hlm. 100).
[14] Hamid, Abduul, Baharuddin, Uril dan Mustofa,
Bisri. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi
dan Media. Malang: UIN-Malang, 2008. (hlm. 19-20).
[15] Hamid, Abduul, Baharuddin, Uril dan Mustofa,
Bisri. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi
dan Media. Malang: UIN-Malang, 2008. (hlm. 19-20).
[16] Tayar Yusuf, Metodologi Pembelajaran ,
171
[17] Hamid, Abduul, Baharuddin, Uril dan Mustofa,
Bisri. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi
dan Media. Malang: UIN-Malang, 2008. (hlm. 20).
DAFTAR PUSTAKA
Anshor, Ahmad Muhtadi. Pengaran Bahasa Arab
Media dan Metode-metodenya. Yogyakarta: Teras, 2009.
Hamid, Abduul, Baharuddin, Uril dan Mustofa,
Bisri. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi
dan Media. Malang: UIN-Malang, 2008.
Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab. Bandung: Humaniora, 2009.
Parera, Jos Daniel. Linguistik Edukasional. Jakarta:
Erlangga, 1994.
Suyatno. Tekhnik Pembelajaran Bahasa dan
Sastra. Surabaya: SIC, 2004.
Post a Comment for "Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Gramatikal dan Terjemah"